Data terbaru yang dirilis oleh salah satu lembaga pemeringkat kuliner memberikan sorotan menarik tentang menu sarapan terrenak di dunia. Salah satu yang mencolok adalah keberadaan bubur ayam asal Indonesia yang berhasil masuk dalam daftar ini.
Dalam daftar yang disebut ’50 Best Breakfast’, menu sarapan terenak ternyata ditempati oleh Kahvalti dari Turki. Diikuti oleh Komplet Lepinja asal Serbia di posisi kedua, dan Sfinz dari Libya yang menempati urutan ketiga. Sangat menarik untuk melihat bagaimana berbagai kebudayaan menawarkan pilihan sarapan yang unik dan menggugah selera.
Keberhasilan Bubur Ayam di Kancah Global
Menariknya, bubur ayam ternyata berada di urutan ke-29. Menu ini dikenal sebagai ‘comfort food’ yang sangat digemari oleh banyak orang di Indonesia. Walaupun sering dianggap sebagai makanan pinggir jalan, bubur ayam telah membuktikan diri sebagai salah satu dari sekian banyak pilihan sarapan yang digemari di berbagai belahan dunia. Keberhasilannya mengalahkan berbagai menu terkenal dari negara lain, termasuk Rustico dari Italia dan Gaufre dari Belgia, menunjukkan bahwa cita rasa lokal dapat bersaing di kancah global.
Dari perspektif budaya dan kuliner, bubur ayam bukan sekadar makanan, melainkan juga bagian dari identitas masyarakat. Menggunakan kombinasi beragam bahan seperti ayam, beras, dan rempah-rempah membuat bubur ayam memiliki cita rasa yang khas. Pengalaman menikmati bubur ayam dengan berbagai pelengkap seperti kerupuk, bawang goreng, dan sambal membuatnya menjadi pilihan yang sempurna untuk memulai hari. Ini adalah representasi dari bagaimana masakan tradisional dapat memberikan kehangatan dan nostalgia bagi banyak orang.
Membandingkan Menu Sarapan Khas Indonesia dan Negara Lain
Menarik untuk membahas menu sarapan lainnya yang juga berhasil masuk dalam daftar ini, yaitu nasi goreng yang berada di urutan ke-49. Meskipun nasi goreng sangat populer di kalangan wisatawan, tampaknya ia kurang diminati sebagai menu sarapan di luar negeri. Hal ini menimbulkan pertanyaan menarik, mengapa nasi goreng yang kaya rasa ini tidak banyak dijadikan pilihan untuk sarapan oleh orang-orang di negara lain, sementara di Indonesia, ia sering menjadi andalan.
Selain itu, ada menu Roti Canai dari Malaysia yang berhasil meraih posisi lebih tinggi di urutan ke-11. Tentu saja, ini menambah warna pada perbandingan antara berbagai menu sarapan di Asia Tenggara. Roti Canai, dengan tekstur yang renyah dan pelbagai pilihan lauk, menjadi favorit sarapan di Malaysia. Mempertimbangkan kedua menu ini, kita bisa berpikir tentang bagaimana masing-masing mencerminkan budaya dan tradisi kuliner di negaranya masing-masing.
Kabar baik ini tentunya mendapatkan respons positif dari netizen Indonesia. Banyak yang merasa bangga melihat bubur ayam, yang kerap dianggap sebagai makanan sederhana, bisa berada di antara menu sarapan terenak di dunia. Ini menunjukkan bahwa masakan tradisional mampu menembus batas dan mendapatkan pengakuan secara global, menciptakan rasa kebanggaan tersendiri bagi masyarakatnya.