www.cuplikdata.id – Menteri radikal sayap kanan Israel, Itamar Ben Gvir, membuat gelombang dengan aksi provokatifnya di kompleks Masjid Al Aqsa pada Minggu, 3 Agustus 2025. Ia memimpin ribuan pengikut Yahudi dalam demonstrasi di lokasi yang dianggap suci bagi umat Islam, dikelilingi oleh pengawalan ketat dari pihak kepolisian Israel.
Kompleks Masjid Al Aqsa merupakan salah satu situs paling penting secara religious dan historis dalam Islam, di mana hukum internasional melarang ibadah Yahudi di tempat tersebut. Aksi Ben Gvir ini bukan hanya kontroversial, tetapi juga berpotensi meningkatkan ketegangan yang telah lama ada di kawasan ini.
Selama kehadirannya, ia menyerukan kepada Israel untuk mencaplok Jalur Gaza dan memperketat kontrol terhadap warga Gaza. Tindakannya yang langsung menyuarakan pengusiran warga tersebut menuai reaksi negatif dari banyak pihak, baik dalam maupun luar negeri.
Aksi Provokasi di Masjid Al Aqsa yang Memicu Kontroversi
Ben Gvir kembali menegaskan sikapnya yang ekstrem dengan mengecam video yang dirilis oleh kelompok Hamas. Dalam video tersebut, tampak sandera bernama Evyatar David yang terlihat sangat kurus, yang oleh Ben Gvir disebut sebagai taktik untuk menekan Israel dalam negosiasi.
Aksi provokatif ini, yang dilihat sebagai bentuk tantangan terhadap hukum internasional dan sensitivitas religious, bisa memperburuk ketegangan di kawasan yang sudah tegang. Ben Gvir seakan menunjukkan bahwa ia berkomitmen pada agenda politiknya meski mengorbankan stabilitas daerah tersebut.
Respons dari masyarakat internasional juga mulai tampak, dengan beberapa negara mengecam tindakan Ben Gvir yang dianggap berisiko menambah konflik. Ketegangan ini juga berpotensi mengganggu upaya mediasi yang dilakukan oleh negara-negara seperti Mesir dan Qatar untuk meredakan konflik di Gaza.
Dampak Aksi Provokatif terhadap Stabilitas Kawasan
Aksi Ben Gvir tidak hanya berdampak pada hubungan antara Israel dan Palestina. Pengaruhnya juga merembet hingga ke hubungan internasional yang lebih luas, membuat negara-negara lain mengkhawatirkan stabilitas di Timur Tengah. Konflik yang terus berlanjut juga menyebabkan kerugian materiil dan manusia yang tidak terhingga di kedua belah pihak.
Dalam konteks ini, tindakan Ben Gvir dianggap sebagai penghambat serius bagi upaya mencapai perdamaian. Dengan memperkeruh situasi, jelas bahwa ia akan sulit mendapatkan dukungan dari komunitas internasional yang selama ini berharap akan adanya penyelesaian damai.
Aksi hinanya di Al Aqsa ini juga berpotensi meningkatkan kekerasan di jalanan Palestina dan Israel. Ketika provokasi seperti ini terjadi, biasanya akan ada reaksi balasan yang semakin memperparah situasi di lapangan.
Reaksi dan Protes dari Warga Palestina serta Masyarakat Internasional
Pemerintah Palestina dengan tegas mengecam tindakan Ben Gvir dan menyerukan perlindungan terhadap Masjid Al Aqsa. Mereka menilai bahwa aksi tersebut adalah bentuk penghinaan tidak hanya terhadap tempat ibadah, tetapi juga terhadap hak asasi manusia.
Tanggapan negatif juga datang dari organisasi-organisasi HAM yang melihat bahwa provokasi semacam ini hanya akan memperburuk kondisi yang sudah memprihatinkan di kawasan tersebut. Mereka mendesak agar dunia internasional bertindak untuk menghentikan tindakan yang bisa menambah derita warga sipil.
Kondisi ini menuntut pemerintah internasional untuk lebih aktif dalam mengambil peran. Diplomasi dan mediasi harus diperkuat untuk mencegah situasi menjadi lebih buruk dan untuk segera menemukan jalan keluar yang dapat diterima semua pihak.