Harga beras di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir, fenomena yang menggugah perhatian banyak pihak. Kenaikan harga beras ini mulai terasa di berbagai sektor, dari penggilingan hingga penjualan eceran, meskipun stok beras dalam negeri disebut melimpah.
Data terbaru menunjukkan bahwa meskipun stok beras tersedia mencapai 21,76 juta ton, harga beras di penggilingan mengalami fluktuasi. Ini menimbulkan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi harga dan bagaimana kondisi pasar beras di Indonesia ke depannya.
Kenaikan Harga Beras: Data dan Fakta
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras di penggilingan pada Mei 2025 mengalami penurunan tipis sebesar 0,01 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, bila dilihat dari tahun ke tahun, ada kenaikan sebesar 2,37 persen. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada penurunan jangka pendek, tren jangka panjang menunjukkan adanya lonjakan harga yang perlu diantisipasi.
Perlu dicermati juga bahwa kualitas beras berperingkat berbeda. Beras premium di penggilingan turun sekitar 0,35 persen secara bulanan tetapi naik tipis 0,01 persen secara tahunan. Sementara itu, beras medium memiliki tren yang berbeda, dengan kenaikan 0,17 persen dalam sebulan dan mencapai 4,18 persen dalam setahun. Hal ini mengindikasikan pergeseran preferensi pasar dan daya beli konsumen yang terus berubah.
Dampak Inflasi Terhadap Harga Beras
Inflasi dalam sektor beras juga patut diperhatikan. Di tingkat grosir, inflasi tercatat mencapai 0,05 persen per bulan, dan 2,07 persen secara tahunan pada Mei 2025. Angka ini adalah indikator nyata bahwa meskipun ada stok melimpah, kekuatan ekonomi global dan lokal tetap memengaruhi harga komoditas penting ini.
Strategi yang bisa diambil untuk mengatasi dampak inflasi bagi konsumen dan produsen adalah dengan melakukan diversifikasi sumber pasokan dan pemantauan berkala terhadap tren harga. Ini penting agar seluruh pemangku kepentingan, baik petani maupun konsumen, dapat menyesuaikan diri dengan keadaan pasar yang senantiasa berfluktuasi. Upaya kolaboratif antara pemerintah dan petani juga sangat mendesak untuk menciptakan stabilitas harga dalam jangka panjang.