www.cuplikdata.id – Puasa Tasua dan Asyura adalah praktik yang sangat penting bagi umat Islam, terutama saat bulan Muharram tiba. Mengetahui dengan tepat kapan waktu pelaksanaan puasa ini menjadi kunci bagi banyak orang agar dapat meraih manfaat maksimal dari ibadah sunah tersebut.
Pada tahun 2025, umat Muslim disarankan untuk memperhatikan penetapan tanggal dengan seksama. Dengan begitu, mereka dapat menjalankan puasa Tasua serta Asyura secara tepat dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh berbagai organisasi keagamaan.
Kementerian Agama Republik Indonesia melalui penetapan resmi menjadwalkan awal bulan Muharram yang jatuh pada hari Jumat, 27 Juni 2025. Berdasarkan penetapan ini, puasa Tasua yang dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram direncanakan berlangsung pada Sabtu, 5 Juli 2025, sementara puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram jatuh pada Minggu, 6 Juli 2025.
Penetapan Awal Muharram oleh Nahdlatul Ulama
Dalam konteks Haul ulama, Nahdlatul Ulama (NU) melalui Lembaga Falakiyah mereka juga menetapkan awal bulan Muharram di tanggal yang sama dengan pemerintah, yaitu 27 Juni 2025. Hal ini memberikan kejelasan yang seragam bagi banyak pengikut NU yang ingin berpuasa pada hari yang sama.
Dengan ketetapan ini, jadwal puasa Tasua dan puasa Asyura versi NU mengikuti alur pemerintah. Ini termasuk pelaksanaan puasa Tasua pada Sabtu, 5 Juli 2025, dan puasa Asyura pada Minggu, 6 Juli 2025.
Paduan antara tradisi dan pedoman agama dalam penetapan ini memberikan rasa tenang bagi umat dalam menjalankan ibadah. Jadi, sangat penting untuk selalu mengikuti perkembangan informasi resmi dari lembaga keagamaan untuk memastikan keselarasan dalam beribadah.
Jadwal Puasa Menurut Muhammadiyah yang Berbeda
Lain halnya dengan Muhammadiyah, organisasi ini menerapkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang berbeda dalam menentukan awal bulan Muharram. Berdasarkan perhitungan mereka, 1 Muharram 1447 H jatuh pada Kamis, 26 Juni 2025, yang berarti puasa Tasua dilakukan sehari lebih awal daripada yang ditentukan oleh pemerintah dan NU.
Hal ini menyebabkan jadwal puasa Tasua versinya jatuh pada Jumat, 4 Juli 2025, dan puasa Asyura pada Sabtu, 5 Juli 2025. Perbedaan ini menjadi penting bagi umat Islam yang mengikuti Muhammadiyah, karena mereka harus menyesuaikan diri dengan ketetapan yang ada.
Meskipun ada perbedaan, keduanya tetap merujuk pada tanggal 9 dan 10 Muharram untuk puasa Tasua dan Asyura, meski dengan jadwal yang berbeda. Ini menegaskan pentingnya pengetahuan mengenai berbagai metode penetapan saat bulan suci yang berarti bagi umat Muslim ini tiba.
Perbedaan Metode dan Implikasinya dalam Penetapan Tanggal
Perbedaan penetapan tanggal puasa Tasua dan Asyura ini memiliki akar pada metode yang digunakan oleh masing-masing organisasi. Pemerintah dan NU mengacu pada metode hisab serta rukyat yang diterima secara nasional. Di sisi lain, Muhammadiyah memilih menggunakan sistem hisab KHGT yang lebih global dan matematis.
Metode ini menghasilkan perbedaan yang nyata dalam pelaksanaan puasa. Namun, keberagaman ini seharusnya dipandang sebagai sebuah kekayaan tradisi dalam menjalankan ibadah, meskipun bisa menyebabkan kebingungan di kalangan masyarakat.
Tetap penting bagi setiap individu untuk memahami tempat mereka dalam kerangka organisasi yang menganut tradisi tertentu. Ini bukan hanya soal tanggal, tetapi lebih kepada bagaimana seseorang menjalankan ibadah menurut keyakinan dan pengetahuan yang dimiliki.
Keutamaan dan Manfaat Puasa Tasua serta Asyura
Puasa Tasua dan Asyura memiliki keutamaannya tersendiri dalam konteks spiritual dan sosial. Dalam ajaran Islam, puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah didapatkan. Melalui puasa ini, umat Muslim diharapkan dapat menghapus dosa-dosa yang telah berlalu.
Kelebihan puasa Asyura bahkan dinyatakan dapat menghapus dosa setahun yang lalu, baik yang besar maupun kecil. Ini menjadi motivasi kuat bagi umat untuk menjalankan puasa ini dengan niat yang tulus dan ikhlas.
Di samping itu, puasa ini juga mengajarkan nilai solidaritas dan kepedulian. Dengan berbagi, umat Muslim dapat saling mendukung dalam menjalani ibadah dan menghidupkan semangat kebersamaan di tengah masyarakat. Melalui ibadah ini, hubungan sosial pun dapat dipererat.